Senin, 19 April 2010









Nama : Rm. Nikolaus Meran Koban, SVD
Tempat/tanggal lahir : Tobilolong-Lembata, 02 Maret 1977
Tempat pelayanan : Katholische Pfarrei St. Maria – St. Joseph Hamburg – Jerman
Museumsplatz 4, 21073 Hamburg - Deutschland


Tanggapan Rm. Nikolaus Meran Koban, SVD dalam menyikapi lunturnya moral bangsa Indonesia.

Moral bangsa Indonesia menjadi luntur bahkan hancur karena lunturnya nilai Pancasila, pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi. Rasa nasionalisme sepertinya semakin lama semakin luntur, karakter kebangsaan dan cinta tanah air sudah jarang didengarkan dan diperdengarkan. Maka dari itu setiap individu yang menamakan diri sebagai “orang Indonesia” harus berpikir, bertingkah laku dan bertuturkata sebagai orang yang menghayati semboyan nasional ini: “Bhinneka Tunggal Ika”. Setiap individu harus berpegang teguh pada ajaran agama yang dianuti dan juga hukum yang tertulis dan tidak tertulis yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan, kebenaran, kejujuran dan keadilan. Dalam situasi krisis moral ini bangsa Indonesia membutuhkan orang-orang bermoral yang bisa menjadi pelopor untuk membangun Indonesia Baru, bangsa yang bercivilisasi, bangsa yang beridentitas jelas.

Tanggapan Rm. Nikolaus Meran Koban, SVD mengenai moral remaja saat ini.

Karena para remaja Indonesia dewasa ini rentan dengan pengaruh eksternal, baik di lingkungan sekolah, pergaulan, lingkungan keluarga dan kemudahan teknologi maka nilai-nilai moral yang dianutinya perlahan-lahan luntur. Mereka ingin menjadi orang modern dan terlena dengan segala keindahan, tawaran yang materialistik dan menggiurkan (misalnya: pergaulan seks bebas, seks sebelum menikah). Mereka datang dari berbagai macam golongan, suku, agama dan ras dari latarbelakang strata sosial rendah sampai starata sosial tinggi. Mereka hidup dengan gaya kebarat-baratan, menganggap diri gaul, funky dan crash. Mereka kurang bahkan tidak mencintai budaya sendiri. Mereka sudah tidak menyukai tradisi nenek moyangnya yang sering dikatakan kuno atau ketinggalan zaman, padahal dengan keanekaragaman budaya tesebut kita dapat memperkaya kasanah budaya kita yang akan membuka mata dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mencintai budayanya dan tradisinya. Walaupun demikian masih ada kaum remaja yang menjunjung tinggi moral dan mampu berperilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Mereka adalah orang-orang yang selektif dan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Tanggapan Rm. Nikolaus Meran Koban, SVD sebagai pemuka agama dalama menyikapi hal tersebut.
Sebagai orang yang beragama dan bermasyarakat yang menjunjung tinggi moral, para pemuka agama berusaha sedapat mungkin mendidik para remaja tentang moralitas dalam kehidupan religius dan kehidupan bermasyarakat lewat kegiatan-kegiatan rohani, kegiatan-kegiatan akademis dan sosial-karitatif, pendampingan psikologis dan patologis dan ajakan-ajakan moral entah secara lisan maupun tertulis.








Nama : Rm. Christoforus Wuwur
Tempat/ Tanggal Lahir : Ende, 15 Mei 1970
Tempat Pelayanan : Seminari Menengah St.Yohanes Berkhmans Mataloko-Ngada-Flores

Tanggapan Rm.Christoforus Wuwur dalam menyikapi lunturnya moral bangsa Indonesia.
Menyikapi keadaan bangsa kita seperti sekarang ini, menurut saya bangsa kita kehilangan identitasnya sebagai manusia indonesia yang baik dan beraklak baik. Kehilangan identitas ini disebabkan manusia- manusia Indonesia banyak yang terjebak dalam arus modernisme yang sangat kuat individualistisnya, sehingga orang tidak lagi melihat bahwa sesamanya sebagai saudara tapp lebih dilihat sebagai musuh yang harus dihancurkan dan disingkirkan. Sebab lain adalah lemahnya keimanan seseorang, orang sekarang tidak cukup bertahan pada hal-hal yang baik dan benar. Orang-orang yang melakukan hal-hal yang baik dan benar dilihat sebagai musuh, karena dianggap menghalangi perbuatan jahat dan kelicikan sebagian orang. Nilai-nilai luhur agama menjadi tidak berarti karena kesombongan dan keangkuhan manusia. Hal-hal inilah yang menurut saya sangat mengganggu sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dan juga bernegara.

Tanggapan Rm.Christoforus Wuwur mengenai moral remaja saat ini.
Kalau moral para remaja, menurut saya masih wajarlah dengan usia-usia seperti itu. Tapi yang yang saya mau katakan adalah bentuk-bentuk perilaku yang baik atau jahat dari para remaja itu terbentuk di rumahnya. Kalau remaja yang hidupnya baik dan berperilaku yang baik, maka dapat dikatakan bahwa ia berasal dari keluarga yang baik-baik, karena di dalam keluarga pasti diajarkan hal- hal yang baik dan benar, sebaliknya kalau ada anak remaja yang tidak benar hidup dan perilakunya, maka keluarganya juga pasti tidak benar, anak-anak dibiarkan berjuang sendiri untuk mendapat perhatian dari orang tuanya.

Tanggapan Rm.Christoforus Wuwur sebagai pemuka agama dalam menyikapi hal tersebut.
Kalau ditanya peran para pemuka agama, maka yang bisa dibuat oleh para pemuka agama adalah memberikan pencerahan rohani kepada umatnya masing-masing lewat kotbah-kotbah, ret-ret, rekoleksi dan juga pendampingan kelompok- kelompok kategorial dan terisitimewa membuat pendampingan keluarga- keluarga, karena disanalah awal mula anak-anak dibentuk sehingga menjadi manusia dewasa yang baik.






Nama : Fr. Sisco Namang, CICM
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 22 January 1984
Tempat Pelayanan : Kerabat Kerja Ibu Teresa Anak2 Jalanan Pedongkelan

Tanggapan Fr. Sisco Namang CICM dalam menyikapi lunturnya moral bangsa Indonesia.
Moralitas bangsa ini secara khusus pedongkelan diakibatkan oleh kemiskinan. Kemiskinan mengakibatkan orang tereliminasi dari lingkungan sosial, hukum rimba berlaku siapa kuat dia bertahan. Karena ketatnya persaingan hidup orang mulai mengabaikan norma2, etika moral yang menjadi pedoman hidup bersama. Contoh: seorang yang tidak dapat membeli satu potong roti di etalase toko, akan mencuri untuk mendapatkan uang supaya ia dapat membeli roti itu. Satu hal lagi anak-anak pedongkelan kurang menghargai siapa yang menjadi lawan bicara mereka, entah dia orang tua atau guru sekalipun. Bahasa mereka adalah bahasa jalanan, dapat dimengerti ini adalah akibat pergaulan mereka di jalanan, dan juga kurangnya orang tua dalam memberi pemahaman moral dan budi pekerti kepada mereka. Hal ini diakibatkan juga oleh persaingan hidup tadi, orang tua sibuk bagaimana harus mendapatkan uang untuk makan hari ini.

Tanggapan Fr. Sisco Namang CICM mengenai moral remaja saat ini.
Moral para remaja sama dengan anak-anak tadi itu, kebiasaan dalam bertindak, bertutur kata terbawa sampai mereka dewasa. Jika semakin dibiarkan bentuk penyimpangan moral yang terjadi bisa semakin besar dan kompleks. Salah satu bentuk penyimpangan seksual yang beritanya banyak di internet atau surat kabar.

Tanggapan Fr. Sisco Namang CICM sebagai pemuka agama dalam menyikapi hal tersebut.
Peran para pemuka agama:
• Memberikan pendampingan kepada mereka (yang kami buat membuat sekolah non formal). Belajar bersama, bertutur kata dengan mereka. Intinya hadir dalam situasi hidup mereka.
• Membuka lapangan pekerjaan yang punya batasan waktu yang jelas bagi orang tua mereka, sehingga orang tua punya waktu untuk mengajarkan moral yang baik kepada anak-anak mereka.

1 komentar:

  1. terimaksih untuk kaka pastur dan kaka frater yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.

    BalasHapus